"SIALNYA MUSIM HUJAN"
story by : Al fathurridwan
Tahun ini sudah memasuki bulan ke-5. Bulan Mei. Bulan ini
adalah musim hujan, dimana payung itu lagi berguna banget, sepatu pada lepek,
dan celana dalam belum juga kering di gantungan. Terpaksa kami tak mengganti
celana dalam selama dua minggu. Sssssttttt, ini rahasia oke!!. Tak hanya itu,
kendala kami bertiga selama musim penghujan, musuh-musuh dalam selimut mulai
meraja lela dikos-kosan kami, toilet, dapur, kamar tidur, dimana-mana. Siapakah
dia??. Yaa benar, NYAMUK.
Padahal tadi pagi udah ada penyemprotan nyamuk dari
penyuluhan ketua RW, asap yang ngebul membuat Ali Bengek. Dia memang benci
mencium bau-bau’an kaya gitu, kecuali bau gasnya sendiri.
“ya elaaah...itu kan slampe gua, ngapa lu beler disitu si?”
Teguh merasa jengkel dengan apa yang dilakukan Ali. Terlihat pula Ali yang
hidungnya merah transparan seperti buah blinjo. Terus berusaha mengeluarkan
‘Slime’ dari rongga hidungnya. “slampe gua masih basah noh di jemuran, ntar
punya lu gua cuci..ya ellaaaah,”.
Malam ini sangat dingin, itu disebabkan karena hujan yang
turun dari habis Dhuhur, sampai menjelang Maghrib. Pulang kuliah saja mereka
nyeker karena sepatu mereka yang takut lepek, dan akhirnya lepek juga. Chand
sibuk dengan raket listriknya, hanya dengan memakai kaus kutang dan sarung, ia
terlihat seru berperang dengan ribuan nyamuk. Teguh asyik dengan laptop, dan
Ali yang sudah menghabiskan lebih dari 50 tissue hanya untuk nge-Beler.
“rasakan kekuatan element listrik ku ini,
RASAKAAAAN....!!!!!!” Chand dengan
berlebihan melampiaskan kekesalannya pada ribuan nyamuk yang menantang dengan
raket listrik, Ali dan Teguh ikut memandang heran apa yang dilakukan sahabatnya
barusan.
“maklum lah li, dia juga sakit kaya lu, tapi lebih
parahh!!” bisik Teguh pada Ali tertawa
kecil. “khahahayy, gila tuh temen lu,”.
Malam ini benar-benar dingin. Chand, Ali, dan Teguh memilih
tidur lebih awal dari biasanya yang terkadang mereka sampai bergadang. Udara
sangat Dingin, nyamuk-nyamuk makin banyak mengajak RAS mereka. Teprokan demi
teprokan keras makin banyak terasa di tubuh ke 3 sahabat itu. Ceceran darah
nyamuk terkesan dramatis layaknya film peperangan zaman dulu. Musim hujan bulan
ini membuat mereka sial, motor Teguh yang baru dicuci saja sudah kotor lagi.
Atap-atap kamar kos, juga sudah timbul flak. Noda kebocoran langit-langit
seperti menggambarkan lukisan pemandangan Green Canyon yang pasti mahal bila
dijual.
“arrrggghh..!!!, nyamuk Gilaa, bikin tato kebangetan,” .
pagi ini cukup cerah dan lumayan hangat, namun ke 3 sahabat
itu tidak merasa bahagia. Teguh dari tadi marah-marah terus, Cuma gara gara
nyamuk. Dialah yang terkena gigitan nyamuk terbanyak dari yang lain, ia
mengolesi tubuhnya dengan bedak gatal –baru beli di warung-.Bentol-bentol merah
terlihat jelas di tangan kaki mereka. Gatal, dan membuatnya jengkel. pagi ini
juga pagi yang lumayan buruk buat Ali, pilek dan Bengeknya sembuh. Tapi
kepalanya agak pusing karena kebanyakan Beler tadi malam. Dia sakit Demam.
“pokoknya gua gak kuliah, BODO, gak kuliaah..!!” keluh Ali saat memijati kepalanya dengan
minyak kayu putih. Jelas saja, pilek sembuh, datang sakit kepala dan masuk
angin.
“nyamuk emang kurang ajar. Mana semalem bocor lagi, aer netes
di muka gua,” Chand juga mengeluh atas masalah yang menimpa dirinya.
“hahh..Guh, bantuin gua ya. Benerin genteng bocor”
“loh kok gua,,ama Ali aja nooh,!!” bantah Teguh.
“heeh, lu kagak liat si Ali lagi ngeluh aja tuh..!!”.
Ambil tangga, genteng bagus, dan botol minum. Semua sudah
disiapkan Chand dan Teguh. Pertama Chand yang harus naik ke atas genteng
kos-kosan, Teguh yang memegangi tangganya. Setelah itu Teguh menyusul naik dan
tak ada bantuan untuk dia naik. Matahari mulai terbit, hari mulai silau.
“panas brooo..!!”
beberapa kali Teguh mengelap keringat yang keluar dari keningnya, “ahh
biarin, vitamin C kan?” sahut Chand.
Mengutak-atik genteng kos-kosan yang beberapa kali tidak berhasil mereka
pasang, memang. Chand tidak ahli dalam hal begituan.
“Chand, si Ali enak ya. Mentang-mentang sakit, di kasih
diskon ama ibu kos”
“Au’tuuh..besok gua sakit ah,” hahaha ahhayy becanda..!!”
“sakit benerran luuh..”
Sedikit lagi selesai, Bakat juga Cand jadi servis genteng.
Disini kotor, panas dan pengap. Chand mulai haus karena kerjaannya mendadak
menjadi servis genteng, “ya ellah Guh. Minumnye ngapa lu abisin si, ya
ellaah..!!” .
Teguh hanya nyengir mendengar keluhan Chand. “sorry bro. Gua
Auus..!!” karena pekerjaan mereka sudah selesai, Chand dan Teguh turun tangga
dan kembali mengambil minum. “ gua mau minum di warkop depan aje, sekalian
makan, lu mau ikut Guh,” ajak Chand.
“bayarin,” . pinta Teguh, Chand hanya mengangguk senyum
“Utang-utang lu bayar dulu...!!!!”
Ali baru bangun sudah tidur lagi. Rencananya Teguh akan
mengantarkan dia ke dokter nanti siang. Kayu putih, balsem, dan Koyo sudah ikut
serta menempel di kepalanya. Kerokan merah hasil karya Chand tadi pagi juga
sudah menghiasi punggungnya.
“siaaal..hari ini gua siaall,” . Ali ngedumel dalam hati.
Di lain pihak, Chand dan Teguh hanya terpaku di depan warkop
nya’Lenni. Rencananya mereka akan makan nasi uduk dengan lauk-pauk 4 sehat 5
kenyang. Namun semua itu hanya menjadi bayangan perut lapar mereka saja.
.Warkop Nya’Lenni TUTUP. –kenapa tutup? Tanya Teguh, biasanya abis subuh aja
udah buka. Salah satu tetangga kos, lewat dibelakang mereka; “Warkop Nya’Lenni
kebanjiran de’. Dari tadi malem”. Jadi nggak jualan hari ini. Dan mereka nggak
makan enak. Lagi-lagi harus nyeduh mi instan. Memang, semua anak kos itu sudah
mempunyai kuliner khas mereka. –Mie Instan-.
“gua Mie Goreng Chand, gua Mi Goreng.!!” . aroma rebusan Mie
cukup menambah mereka semakin lapar, Ali hanya dibelikan bubur ayam oleh Teguh.
Namun tak dihabiskan karena mulutnya terasa pahit.
“Li, kapan mau ke dokter? Kalo nunggu siang, panas!” . Teguh
mengajak Ali ke dokter sekarang juga.
Dia takut kalau kesana nanti siang, panasnya-na’udzubillah.
Namun Ali kekeh. Ia tetap ingin diantarkan siang nanti. Yasudahlah.
Sudah
saatnya Teguh mengantar Kriss ke Klinik, sedangkan Chand yang akan mencuci
sepatu-sepatu mereka mumpung panas siang ini. Motor sudah dipanaskan dan siap
untuk berangkat. Baju tebal, syal, dan topi kupluk lengkap Ali kenakan. “ya
Allah Lii, lebay banget lu. Ke klinik depan aja pake begituan,”. bayangkan,
keluar rumah disiang bolong, terik matahari yang panas, dengan memakai baju
serba tebal. “kita mau ke Dokter, bukan ke Gunung!!”. Chand ikut tertawa kecil
sembari menggosok sepatu-sepatu di teras. “biarin aja lah, biar panas gini kan
badan gua tetep menggigil,” . sahut Ali dengan suara serak-serak becek
ditenggorokan, mata berkantung, serta bibir yang terlihat pucat membuat Teguh
tak tega melihat sahabat seperjuangannya itu.
-Klinik Putra Wijaya-.
Mungkin ini baru jam setengah satu, di parkiran baru ada beberapa motor
dan dua mobil. Itu bagus, Teguh dan Ali nggak perlu lama-lama nunggu nomor
antrian, begitu mereka masuk hanya menunggu dua orang lagi. “Guh, gua boleh
pinjem pundak lu nggak?” – “ngapain..??”
“gua mau senderan,” . pusing bukan kepalang, ini yang
dirasakan Ali akibat hujan tadi malam, mungkin dia mulai meriang. “icch,
apa-apa’an si, jangan senderan di pundak gua, malu tauu..!!” . Teguh menahan
kepala Ali yang hendak menyender di pundaknya. Nenek tua berkerudung yang duduk
disampingnya memandang aneh melihat ulah-tingkah mereka berdua. “hehhee,,, maaf
ma’,” . Teguh tersipu malu pada nenek tersebut akibat ulah yang dilakukan Ali.
Saatnya giliran Kriss yang menghadap ke dokter. Wangi ruangan
khas Klinik tercium saat mereka membuka pintu ruang Dokter. Dinginnya AC disini
membuat Ali makin menggigil. “ada yang bisa saya bantu pak ?” – “asiik, kita
dipanggil bapak,” Bisik Teguh bercanda. Senyuman manis sang Dokter cantik,
dengan pakaian Dokter yang membuatnya terlihat dermawan. stetoskop yang
menggantung dilehernya dengan rambut panjang hitam yang digerai terlihat memang
sangat Dermawan, layaknya seorang bintang iklan shampo yang kibasan rambutnya
lebay karena ketahuan di Edit. “pasti sakit demam pilek ya? – memang sih, musim
hujan itu bikin repot,” . terlihat Ali tetap diam dengan wajah pucatnya
terkesan tak tertarik akan kedermawanan si Dokter –mungkin karena Ali sedang
merasakan tubuhnya yang menggigil. Berbeda dengan Teguh yang suka curi-curi
perhatian si Dokter. Resep obat beserta nasehat dokter sudah diberi pada Ali.
“minum obat ini pagi-pagi dan sebelum tidur, jangan terkena gerimis dulu ya,” .
kebiasaan si Dokter cantik selalu menggerakan kacamata berbingkai hitamnya, itu
membuat Teguh makin gesit dalam mecuri perhatian. Bersalaman pamit dengan
dokter. Bahkan sempat sempatnya meminta nomor telepon. “buat apa bapak minta
nomor Hp saya?” – “yah, biar jaga-jaga kalo temen saya ini sakitnya parah, kan
biar gampang buat ngehubungin bu Dokter” . Teguh alasan. “sembarangan lu kalo
ngomong, nyumpahin gua sakit parah..?” Ali menempeleng kepala Teguh yang asyik
memandang si Dokter. Namun nomor teleponnya gagal didapat.
Pada saat mereka hendak keluar dari Klinik, mereka terdiam di
Lobby depan. Hujan deras turun lagi. Tadi bukannya panas, kok tiba-tiba hujan
deras?. Mungkin saat mereka didalam, mendung mulai datang di langit. Ali tambah
lemas melihat pemandangan mengerikan ini, kepalanya kembali menyender dipundak
Teguh, dan kali ini Teguh menerima pasrah. Untung saja dari rumah gua pake baju
tebel; fikir Ali. “tapi kapan gua sembuh kalo tiap hari ujan begini ?”. keluhnya.
Sekian lama menunggu setengah jam di warteg pinggir jalan.
Hujan reda juga, namun terus memberi kesialan buat mereka. – motor Teguh MOGOK
!!- . ini gara gara hujan tadi dan kaya’nya harus ganti Busi. Dengan terpaksa
mereka jalan sampai rumah kos, untung saja jarak antara Klinik sampai kos-kosan
kurang lebih hanya satu kilo meter. Yah capek sedikit nggak masalah-lah; fikir
Teguh. Tapi tidak untuk Ali.
“salah apaa gua ya Allah?, apes banget gua hari ini.”
“ya ellah Li, lu kuat kok jalan ampe kos, tadi kan udah minum
obat di warteg sama aer teh.”.
Sampai juga mereka di kos-kosan, motor mogok Teguh langsung
dibawa ke Bengkel mang’Sapri untuk digantinya Busi serta Oli baru. Sedangkan
dia sendiri menuntun Ali masuk kamar menemui Chand. “gimana Guh, kata dokter? Si
Entok sakit ape nih?”. Tanya Chand sambil membersihkan kamar mereka. “tuh tanya
aja orangnya? “ . –gimana bro, udah agak sembuh?? “.
Mungkin saking lelahnya Kriss, ia tepar di tempat tidur.
“yee, ditanya malah pingsan.” – “biarin lah Chand, kasian anak orang”.
Di sore
hari beberapa jam setelah Ali pingsan, sudah tersedia bubur ayam dan Teh hangat
di meja kamar, didampingi obat yang diberi Dokter tadi siang dan surat kecil
yang sepertinya tulisan Chand; -Li, begitu lu bangun. Jangan lupa minum obat.
Nih ada bubur ama Teh anget. Jangan lupa dimakan ya, biar lu cepet sembuh. Sory
kita gak bisa nemenin lu. kita harus ke kampus, ada urusan ama Dosen. Tenang
aja, lu kita titipin absen ke pak Heru, jaga kos ya..kita pulang gak terlalu
malem kok.., Cuss-.
Terus terang Ali terharu hanya dengan membaca surat ini,
serasa memiliki orang tua yang kedua di kos-kosan. Teguh dan Chand memang
peduli sesama teman, walau terkadang mereka ngeselin. Fikirnya. “hmm..hmm, lu
be-dua emang Sohib gua kawan, thanks!!”. Singkat saja, tepat sehabis kumandang
adzan Isya’ hujuan deras lagi-lagi turun. Kriss Galau sendirian didalam kos.
Terdiam menonton tv yang suaranya tersamar suara gemuruh hujan dan Geledek
kecil di luar. Pakaian tebal dan sarung kembali ia pakai karena dingin yang
menembus kulit. Berulang kali ia melihat jam dinding, mulai resah karena kedua
sahabatnya tak kunjung pulang dari kampus.
“nih obat oke juga, baru dua kali gua minum, udah agak
mendingan.”.
Sembuh kembali. Itu yang dirasakan Ali sesaat kembali minum
obat dengan roti yang ia beli saat di warteg dekat Klinik tadi siang.; “tapi
nih bocah bedua mana ya? Jam segini belom pulang juga. Di kampus Ujan juga
kali,”. Sesaat kebetulan Ali melihat ke arah jendela, benar saja dari jarak
kejauhan muncul sinar dari lampu motor milik Chand. Suara mesin motor juga
semakin terdengar. Ya, itu mereka sudah pulang. Motor Chand lebih hebat ya,
dibanding motor Teguh yang baru kena hujan sudah mogok. Fikir Kriss.
“Asalamu’allaikum..!!”. Teguh dengan cepat membuka pintu
kamar kos dengan keadaan basah kuyub, sedangkan Chand masih sibuk memarkirkan
motornya di tempat yang tak terguyur hujan, ia takut kalau motornya mogok
seperti motor Teguh yang masih dirawat oleh Mang’Sapri di bengkelnya.
“sallaam..!! hey bro thanks buburnya, sekarang gua agak
mendingan nih, lu bedua emang sahabat gua..!!” . Ali menyambut lebay kedatangan
mereka, layaknya sang saudara yang lama tak bertemu. Namun sayangnya, Chand dan
Teguh masuk angin. Mereka meriang hingga ke’esokan harinya.
Pagi ini, sudah saatnya mereka bekerja. Namun hanya Ali yang
semangat dan bersiap-siap. Ia sudah sembuh total, sesaat meminum obat tadi pagi
buta. Namun ia kerepotan dalam mengurus kedua sahabatnya yang meriang; sebelum
mandi Kriss memijat Chand dan ‘ngerokin’ Teguh, membelikan mereka bubur. Dan
berencana mengantar mereka ke Klinik nanti Sore.
Kayanya hari ini bakal jadi hari yang paling repot. Mengurus
dua orang yang sakit seorang diri. –tak apalah, mereka kan Sohib gua- benaknya.
Meski gua repot yang penting mereka Sohib gua. Fikirnya lagi. “ya, sohib gua,”
.
Walau rasanya ini melelahkan, sepertinya Ali kurang niat
dalam mengurus Chand dan Teguh. Mereka bawel kalau sakit..!!. tapi mau apa
lagi, mereka udah ngurusin gua, waktu sakit. Kini giliran gua!.
Dengan terpaksa, Ali mengurus kedua sahabatnya yang sakit
selama 3 hari gara-gara musim hujan yang membuat mereka sial. Dan kali ini Ali
yang paling Stres dibuatnya.
-ENDING:
*Dengan baik hati si Ibu kos memberikan Diskon kepada Chand
dan Teguh karena mereka sakit. J
*Warung Nya’Leni sudah buka. Namun mereka ber-tiga kehabisan
uang bulanan karena harus berobat. Lagi lagi sarapan Mi Instan L
*Motor Teguh masih dirawat dibengkelnya Mang Sapri, belum
sempat diambil karena Teguh sakit demam, motor Chand yang akhirnya kehabisan
AKI. Kini giliran motor Ali sendiri yang menjadi korban untuk mengantarkan mereka semua ke Klinik. ( akibat
tumpuk 3, Ban-nya Bocor di tengah jalan ) L
*Dan sang Dokter cantik yang diharapkan Teguh akan berjumpa
lagi, sudah diganti oleh pak Dokter tua yang memang sudah Jadwalnya, ditambah
antrian yang begitu panjang karena tak sedikit warga terkena Demam akibat musim
hujan ini. L
Pesan-kesan mereka:
“musim Hujan kali ini memang benar-benar banyak Sialnya” –
Fikir mereka. Namun apapun kesialan yang mereka dapat, selama masih ada teman
atau sahabat yang selalu bersama mendampingi. Rasa Sial, Musibah, maupun
Masalah, pasti akan Seru dan Haru bila dijalani dan dinikmati bersama sama.
Terutama bersama teman-teman yang kalian cintai. “Cuus..!!” ☻
“THE END”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar