Rabu, 30 April 2014

KADO HALUS



KADO HALUS 


story by : al fathurridwan


“Tepat pada tanggal 10 mei tahun ini, umurku genap berusia 17 tahun. Aku sudah mulai beranjak dewasa. Aku berharap diusia ku yang sweet seventeen ini banyak dapet hadiah dari orang-orang yang aku sayang, terlebih lagi aku berharap bisa mendapatkan nilai bagus disaat ulangan sekolah nanti..,” .
itulah sepenggal catatan diary yang ditulis nining setiap malam, beberapa hari lagi nining berulang tahun yang ke 17. Disetiap ulang tahunnya nining selalu mendapatkan kado dari teman-teman dan keluarga, walaupun tak seberapa harganya namun kado itu sangat membuatnya bahagia. Nining merasa sangat dihargai dan disayang. Nining bukanlah orang yang kaya raya, sang ayah hanya bekerja sebagai supir angkot sedangkan sang ibu menjadi kuli cuci dikomplek seberang. Sang ayah jarang sekali memberi hadiah disaat nining berulang tahun, terakhir kali sang ayah memberi hadiah pada saat nining berulang tahun yang ke 12, itu juga hanya sebuah boneka yang dijual dipasar sana. Nining berharap diusia yang mulai menginjak masa dewasa ini, ayah dan ibu bahkan teman teman bisa memberikan hadiah yang special. Namun itu hanya sebuah harapan.
Siang itu, tepat di tanggal 10 mei, ulangan sekolah baru saja selesai tinggal menunggu pengumuman hasilnya dimading. Di lain hal, nining belum juga mendapatkan kado dari siapapun. Sebenarnya sudah banyak teman teman yang mengucapkan selamat kepada nining namun bukan itu yang nining harapkan.
“ ada apa ini..? semuanya beda.., gak kaya dulu lagi “ . nining menggerutu dalam fikirannya
“ apa aku udah gak pantes dapet kado ? padahal aku juga suka ngasih kado sama temen, namun bagaimana dengan ayah sama ibu ?? apa karena aku sudah mulai dewasa ? jadi gak pantes lagi dapet hadiah.., “
“ nining…!! “ . dari kejauhan seorang temannya memanggil nining dan menghampiri dirinya yang duduk termenung sendirian diruang kelas.
“ mumun ? kenapa mun ? “.
“ mau ngucapin selamat ulang tahun aja ning sama kamu.., selamat yaa !! semoga sukses kedepannya “. Mumun menjulurkan tangannya untuk memberi selamat, nining membalas jabatan tangannya itu dengan senyuman kecil dicampur rasa kecewa karena tidak mendapatkan kado apa-apa.
“ iya.., makasih yam mun “
“ oh iya ning, kamu dikasih kado apa nih sama orang tua kamu ? , sory ya aku lagi gak punya uang buat beliin kamu kado “
 “ aku belum dikasih apa-apa mun “. Jawab nining singkat.
“ hmm gitu, terus harapan kamu kedepan apa ? “
“ Cuma.., biar gak ada yang remedial aja dari hasil ulangan sekolah, hehe “
“ haha.., aamiin. Doain aku juga kalo soal itu ya, “.
Seperti ingin marah namun tak tahu siapa yang ingin disalahkan, nining berjalan pulang kerumahnya dengan berjalan kaki, itu sudah biasa. Namun kali ini dengan rasa yang tidak semangat.
“ Asallamu’alaikum.., bu “.
“ wa’allaikum salam.., “. Jawab sang ibu sambil menjemur pakaian
Nining mencium tangan ibunya. “ loh ibu gak kerja ? “
“ bapaknya lagi ada acara di kantornya, terus keluarganya diajak semua, yasudah ibu pikir semua cucian disana sudah kelar, ibu pulang aja deh.., ngurus rumah”
“ oh gitu ya bu.., “.
“ kamu ibu buatin the ya “. Tawar sang ibu sambil membawa bak cucian.
“ iya deh bu, makasih “
Nining duduk diruang tamu, melepas sepatunya dan menunggu teh dari ibu.
“ nii tehnya, gimana tadi ulangan terakhirnya, bisa gak ? “
“ bisa kok bu.., “ . jawabnya datar.
Sang ibu memperhatikan sejenak. “ kamu kenapa toh ning ? ,dari tadi kok ibu perhatiin gak semangat gini, kamu sakit ? “. Nining hanya menggelengkan kepala.
“ lah terus kamu kenapa, ada masalah apa toh ? “
“ bu.., ibu inget kan hari ini nining ulang tahun ? “. Tanya nining serius menatap sang ibu.
“ ia, ibu inget kok.., ulang tahunmu yang ke 17 tahun kan ? “
“ nining kok, gak dapet apa apa ya bu, semakin dewasa ? gak kaya dulu “
“ maksud kamu, hadiah ? “. Tanya sang ibu lagi.
“ ia bu.., nining ngerasa main tua makin sedikit yang ngasih hadiah, apa memang kalo makin dewasa itu semakin berkurang yang simpati sama kita ya bu ? “
Sang ibu hanya bisa terdiam mendengar keluhan nining.
“ ibu sendiri juga begitu, ayah juga.., ia nining tau kita bukan orang kaya, tapi ayah kan mampu beliin nining kado, baju, boneka, tapi kenapa…, “
“ nining.., “. Ibu memotong pembicaraan nining. “ kamu sudah 17 tahun, kamu sudah saatnya belajar dewasa, untuk apa kamu punya banyak baju, apalagi boneka ?, diusiamu yang sekarang ini sudah tidak butuh itu semua.., lagi pula ibu dan ayah sering kok kasih kamu hadiah walaupun bukan dihari ulang tahunmu “
“ lah terus apanya yang spesial bu buat nining ? hadiah apa ? “. Tanya nining
“ gak ada yang harus dispesialkan nak’..,semua harus diterima apa adanya, ibu dan ayah selalu memberikan apa yang kamu butuhkan, bukan yang sekedar membuatmu senang..,”. jelas sang ibu lagi
“ emangnya apa yang selama ini ibu sama ayah kasih buat nining ? “
“Doa ning.., doa adalah hadiah ibu sama ayah buat kamu setiap hari, walaupun tidak membuat kamu senang secara langsung.., namun sangat bermanfaat buat hidup kamu secara tidak langsung”. Sang ibu mulai membelai rambut nining.
“ kamu juga suka minta doa sama ibu kan buat kelancaran kamu ujian ? . itu semua sudah ibu doakan, dan kamu juga sudah berusaha belajar setiap malam.., ibu yakin dari itu semua, nilai kamu bagus.., percaya sama ibu “
Nining berbalik terdiam mendengar apa yang dijelaskan sang ibu.
“ bahkan dari dulu ibu selalu kasih kamu doa, agar kamu sehat dan pinter.., dan itu bermanfaat buat kamu, sekarang kamu sudah sampai ke usia 17 tahun dengan sehat, dan kamu masih bisa sekolah, coba kalau ibu gak kasih doa, gak tau deh nasib kamu kaya apa..,. doa itu adalah kado paling mahal buat orang yang disayang dari orang tersayang, kaya ibu sama kamu “. Jelas panjang lebar sang ibu membuat nining terhisak dan sadar.
“ iya bu.., nining sekarang ngerti, nining juga harus belajar dewasa, terutama tentang penghargaan orang buat nining dengan cara nggak langsung, yaitu doa”
Kemudian nining memeluk ibu dan menghabiskan tehnya yang masih panas, tapi nining kuat menghabiskan tehnya yang panas dengan cepat loh.
“ kalo begitu doain nining ya bu biar gak ada remedial, alias dapet nilai bagus “. Pinta nining kepada ibu
“ aamiin, selalu ibu doain kok “.
Setelah beberapa hari kemudian, pengumuman itu sudah ditempel dimading, semua siswa termasuk nining dan temannya mumun berkumpul disana untuk melihat hasil nilai ujian mereka.
“ yeeess…, Alhamdulillah aku gak ada remedial muun, nilai ku bagus semua, ini berkat doa ibuku looh “. Nining kegirangan
“ iya ning, selamat yo., aku ada remedialnya Satu, pelajaran bahasa inggris. Ya maklum lah aku kan lahir di Pasuruan bukan di inggris.., “. Keluh si mumun dengan logat jawa timurnya
“ yahaha gak gitu juga kali muun, “.
Jadi ini yang dikatakan ibu ? hadiah yang setiap hari orang tuaku berikan, bahkan semua teman-temanku berikan dengan cara tidak langsung namun pasti. Hal yang bermanfaat dalam hidup adalah sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang membuat kita senang. terkadang apa yang membuat kita senang itu akan merusak hidup kita, namun sesuatu yang kita butuhkan adalah yang bermanfaat buat kita, dan sesutau yang bermanfaat buat kita itu selalu membuat kita senang tanpa rasa kecewa. Salah satunya adalah doa dari orang-orang yang kita sayang, terutama dihari ulang tahunku yang ke 17, walau aku nggak dapet kado apa-apa dari siapapun, tapi aku mendapatkan selamat dari mereka, dan doa dari ayah ibuku. Secara tak langsung doa itu memang bermanfaat lantaran nilai ujian ku bagus semua, ini sangat membuatku bahagia.
            Aku harus lebih dewasa, aku harus lebih pintar dari apa saja yang benar-benar membuatku bahagia, yaitu seuatu yang bermanfaat dan yang aku butuhkan, bukan dari apa yang aku inginkan hanya untuk kesenangan belaka, yang paling utama adalah Kado halus itu, secara tidak langsung sangat membuatku bahagia. Yaa.., Do’a, doa dari teman-teman, doa dari ayah serta ibu.., menurutku itu adalah Hadiah kado tak berwujud yang paling berharga dan tak ada duanya. Terimakasih Tuhan engkau telah mengajarkan sesuatu tentang apa yang harus kita pilih dan kita hargai untuk kebahagiaan tanpa ada rasa kecewa, terima kasih semua.
Dimalam hari itu, Nining menulis di buku diarynya tentang semua yang dikatakan sang ibu, dipeluknya buku itu dan ia tertidur dengan senyuman bahagia.
~ the end