KADO HALUS
story by : al fathurridwan
“Tepat pada tanggal 10 mei tahun
ini, umurku genap berusia 17 tahun. Aku sudah mulai beranjak dewasa. Aku berharap
diusia ku yang sweet seventeen ini
banyak dapet hadiah dari orang-orang yang aku sayang, terlebih lagi aku
berharap bisa mendapatkan nilai bagus disaat ulangan sekolah nanti..,” .
itulah sepenggal catatan diary yang
ditulis nining setiap malam, beberapa hari lagi nining berulang tahun yang ke
17. Disetiap ulang tahunnya nining selalu mendapatkan kado dari teman-teman dan
keluarga, walaupun tak seberapa harganya namun kado itu sangat membuatnya
bahagia. Nining merasa sangat dihargai dan disayang. Nining bukanlah orang yang
kaya raya, sang ayah hanya bekerja sebagai supir angkot sedangkan sang ibu
menjadi kuli cuci dikomplek seberang. Sang ayah jarang sekali memberi hadiah
disaat nining berulang tahun, terakhir kali sang ayah memberi hadiah pada saat
nining berulang tahun yang ke 12, itu juga hanya sebuah boneka yang dijual
dipasar sana. Nining berharap diusia yang mulai menginjak masa dewasa ini, ayah
dan ibu bahkan teman teman bisa memberikan hadiah yang special. Namun itu hanya
sebuah harapan.
Siang itu, tepat di tanggal 10 mei,
ulangan sekolah baru saja selesai tinggal menunggu pengumuman hasilnya
dimading. Di lain hal, nining belum juga mendapatkan kado dari siapapun.
Sebenarnya sudah banyak teman teman yang mengucapkan selamat kepada nining
namun bukan itu yang nining harapkan.
“ ada apa ini..? semuanya beda..,
gak kaya dulu lagi “ . nining menggerutu dalam fikirannya
“ apa aku udah gak pantes dapet
kado ? padahal aku juga suka ngasih kado sama temen, namun bagaimana dengan
ayah sama ibu ?? apa karena aku sudah mulai dewasa ? jadi gak pantes lagi dapet
hadiah.., “
“ nining…!! “ . dari kejauhan
seorang temannya memanggil nining dan menghampiri dirinya yang duduk termenung
sendirian diruang kelas.
“ mumun ? kenapa mun ? “.
“ mau ngucapin selamat ulang tahun
aja ning sama kamu.., selamat yaa !! semoga sukses kedepannya “. Mumun
menjulurkan tangannya untuk memberi selamat, nining membalas jabatan tangannya
itu dengan senyuman kecil dicampur rasa kecewa karena tidak mendapatkan kado
apa-apa.
“ iya.., makasih yam mun “
“ oh iya ning, kamu dikasih kado
apa nih sama orang tua kamu ? , sory ya aku lagi gak punya uang buat beliin
kamu kado “
“ aku belum dikasih apa-apa mun “. Jawab
nining singkat.
“ hmm gitu, terus harapan kamu
kedepan apa ? “
“ Cuma.., biar gak ada yang
remedial aja dari hasil ulangan sekolah, hehe “
“ haha.., aamiin. Doain aku juga
kalo soal itu ya, “.
Seperti ingin marah namun tak tahu
siapa yang ingin disalahkan, nining berjalan pulang kerumahnya dengan berjalan
kaki, itu sudah biasa. Namun kali ini dengan rasa yang tidak semangat.
“ Asallamu’alaikum.., bu “.
“ wa’allaikum salam.., “. Jawab
sang ibu sambil menjemur pakaian
Nining mencium tangan ibunya. “ loh
ibu gak kerja ? “
“ bapaknya lagi ada acara di
kantornya, terus keluarganya diajak semua, yasudah ibu pikir semua cucian
disana sudah kelar, ibu pulang aja deh.., ngurus rumah”
“ oh gitu ya bu.., “.
“ kamu ibu buatin the ya “. Tawar
sang ibu sambil membawa bak cucian.
“ iya deh bu, makasih “
Nining duduk diruang tamu, melepas
sepatunya dan menunggu teh dari ibu.
“ nii tehnya, gimana tadi ulangan
terakhirnya, bisa gak ? “
“ bisa kok bu.., “ . jawabnya
datar.
Sang ibu memperhatikan sejenak. “
kamu kenapa toh ning ? ,dari tadi kok ibu perhatiin gak semangat gini, kamu
sakit ? “. Nining hanya menggelengkan kepala.
“ lah terus kamu kenapa, ada
masalah apa toh ? “
“ bu.., ibu inget kan hari ini
nining ulang tahun ? “. Tanya nining serius menatap sang ibu.
“ ia, ibu inget kok.., ulang
tahunmu yang ke 17 tahun kan ? “
“ nining kok, gak dapet apa apa ya
bu, semakin dewasa ? gak kaya dulu “
“ maksud kamu, hadiah ? “. Tanya
sang ibu lagi.
“ ia bu.., nining ngerasa main tua
makin sedikit yang ngasih hadiah, apa memang kalo makin dewasa itu semakin
berkurang yang simpati sama kita ya bu ? “
Sang ibu hanya bisa terdiam
mendengar keluhan nining.
“ ibu sendiri juga begitu, ayah
juga.., ia nining tau kita bukan orang kaya, tapi ayah kan mampu beliin nining
kado, baju, boneka, tapi kenapa…, “
“ nining.., “. Ibu memotong
pembicaraan nining. “ kamu sudah 17 tahun, kamu sudah saatnya belajar dewasa,
untuk apa kamu punya banyak baju, apalagi boneka ?, diusiamu yang sekarang ini
sudah tidak butuh itu semua.., lagi pula ibu dan ayah sering kok kasih kamu
hadiah walaupun bukan dihari ulang tahunmu “
“ lah terus apanya yang spesial bu
buat nining ? hadiah apa ? “. Tanya nining
“ gak ada yang harus dispesialkan
nak’..,semua harus diterima apa adanya, ibu dan ayah selalu memberikan apa yang
kamu butuhkan, bukan yang sekedar membuatmu senang..,”. jelas sang ibu lagi
“ emangnya apa yang selama ini ibu
sama ayah kasih buat nining ? “
“Doa ning.., doa adalah hadiah ibu
sama ayah buat kamu setiap hari, walaupun tidak membuat kamu senang secara
langsung.., namun sangat bermanfaat buat hidup kamu secara tidak langsung”.
Sang ibu mulai membelai rambut nining.
“ kamu juga suka minta doa sama ibu
kan buat kelancaran kamu ujian ? . itu semua sudah ibu doakan, dan kamu juga
sudah berusaha belajar setiap malam.., ibu yakin dari itu semua, nilai kamu
bagus.., percaya sama ibu “
Nining berbalik terdiam mendengar
apa yang dijelaskan sang ibu.
“ bahkan dari dulu ibu selalu kasih
kamu doa, agar kamu sehat dan pinter.., dan itu bermanfaat buat kamu, sekarang
kamu sudah sampai ke usia 17 tahun dengan sehat, dan kamu masih bisa sekolah,
coba kalau ibu gak kasih doa, gak tau deh nasib kamu kaya apa..,. doa itu
adalah kado paling mahal buat orang yang disayang dari orang tersayang, kaya
ibu sama kamu “. Jelas panjang lebar sang ibu membuat nining terhisak dan
sadar.
“ iya bu.., nining sekarang ngerti,
nining juga harus belajar dewasa, terutama tentang penghargaan orang buat
nining dengan cara nggak langsung, yaitu doa”
Kemudian nining memeluk ibu dan
menghabiskan tehnya yang masih panas, tapi nining kuat menghabiskan tehnya yang
panas dengan cepat loh.
“ kalo begitu doain nining ya bu
biar gak ada remedial, alias dapet nilai bagus “. Pinta nining kepada ibu
“ aamiin, selalu ibu doain kok “.
Setelah beberapa hari kemudian,
pengumuman itu sudah ditempel dimading, semua siswa termasuk nining dan
temannya mumun berkumpul disana untuk melihat hasil nilai ujian mereka.
“ yeeess…, Alhamdulillah aku gak
ada remedial muun, nilai ku bagus semua, ini berkat doa ibuku looh “. Nining
kegirangan
“ iya ning, selamat yo., aku ada
remedialnya Satu, pelajaran bahasa inggris. Ya maklum lah aku kan lahir di
Pasuruan bukan di inggris.., “. Keluh si mumun dengan logat jawa timurnya
“ yahaha gak gitu juga kali muun,
“.
Jadi ini yang dikatakan ibu ?
hadiah yang setiap hari orang tuaku berikan, bahkan semua teman-temanku berikan
dengan cara tidak langsung namun pasti. Hal yang bermanfaat dalam hidup adalah
sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang membuat kita senang. terkadang apa yang
membuat kita senang itu akan merusak hidup kita, namun sesuatu yang kita
butuhkan adalah yang bermanfaat buat kita, dan sesutau yang bermanfaat buat
kita itu selalu membuat kita senang tanpa rasa kecewa. Salah satunya adalah doa
dari orang-orang yang kita sayang, terutama dihari ulang tahunku yang ke 17,
walau aku nggak dapet kado apa-apa dari siapapun, tapi aku mendapatkan selamat
dari mereka, dan doa dari ayah ibuku. Secara tak langsung doa itu memang
bermanfaat lantaran nilai ujian ku bagus semua, ini sangat membuatku bahagia.
Aku
harus lebih dewasa, aku harus lebih pintar dari apa saja yang benar-benar
membuatku bahagia, yaitu seuatu yang bermanfaat dan yang aku butuhkan, bukan
dari apa yang aku inginkan hanya untuk kesenangan belaka, yang paling utama
adalah Kado halus itu, secara tidak langsung sangat membuatku bahagia. Yaa..,
Do’a, doa dari teman-teman, doa dari ayah serta ibu.., menurutku itu adalah
Hadiah kado tak berwujud yang paling berharga dan tak ada duanya. Terimakasih
Tuhan engkau telah mengajarkan sesuatu tentang apa yang harus kita pilih dan
kita hargai untuk kebahagiaan tanpa ada rasa kecewa, terima kasih semua.
Dimalam hari itu, Nining menulis di
buku diarynya tentang semua yang dikatakan sang ibu, dipeluknya buku itu dan ia
tertidur dengan senyuman bahagia.
~ the end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar