cerita Fiksi Karya: Al-fathur ridwwan
Aku bersyukur, aku dilahirkan
sebagai wanita cantik dan dipandang menawan banyak orang. Aku memiliki sifat
yang anggun dan pemalu, itu kata mereka. sudah banyak laki-laki yang
mendekatiku bahkan menyatakan cinta padaku, tapi selalu aku tolak. Aku sudah
memiliki seorang kekasih, dia baik, pengertian dan selalu tahu dengan apa yang
aku rasakan dalam hati. Aku sangat mencintai dia begitupun sebaliknya. Kami sudah
menjalin hubungan hampir tiga tahun yang lalu, sejak pertama kali kami masuk kuliah.
Kami senang Travelling, bahkan sampai jauh dari kota kami. Sampai-sampai kami
menyewa sebuah kamar dihotel dan tidur satu ranjang. Terus terang saja, sudah
dua kali kami melakukan hubungan sex, - ya..hubungan yang benar-benar terlarang
bukan?
Namun, ada masalah diantara kami
kalau kami benar-benar tidak akan bersama selamanya. Sebabnya sudah jelas,
padahal kami sudah nyaman satu sama lain, aku setia dengannya begitupun dia
juga setia denganku.
Sampai pada akhirnya kami
benar-benar harus berpisah dan melanjutkan hidup baru kami masing-masing.
Awalnya dia membahas soal ini, dimana
hubungan kami harus selesai. Aku mencoba untuk mengerti walau sebenarnya aku
tidak rela, aku menangis – diapun menangis. Kami berpelukan erat.
“kita tidak mungkin terus bersama.”
Katanya sambil menatapku sayup.
“aku tahu, tapi apakah kita akan sering
bertemu?” kataku. dia merunduk, dan kembali menatapku – tersenyum manis.
“semoga saja, semoga saja kita
masih bertemu dan saling sapa.”
Aku semakin sedih, sebenarnya aku
tak rela. Tapi apa boleh buat, cinta yang kami jalani selama ini adalah cinta
terlarang. Sampai kekasihku itu sudah dijodohkan dengan orang lain, sebentar
lagi mereka menikah. Aku harus merelakan itu, dan dia berpesan padaku harus
mencari kekasih yang sebenarnya – agar aku juga bisa menikah.
Dia meninggalkanku, tapi kami tidak
Lost contact. Aku selalu menangis disaat melihat foto kami berdua, aku rindu
dengannya, aku ingin sekali bertemu dia lagi walau hanya sekedar mantan. Tapi aku
tidak boleh berharap lebih karena dia akan segera menikah. Sampai pada dua
minggu kemudian, aku bertemu dia sedang makan berdua disalah satu restaurant –
bersama tunangannya.
Aku bersembunyi dibalik pintu kaca
restaurant itu. sedih rasanya melihat mereka dengan mesra makan berdua,
bercanda, foto bareng dan lain-lain layaknya dua pasangan yang sudah resmi
menjadi suami istri.
Aku tidak boleh cemburu lagi, dari
pada aku menangis lebih baik aku pulang.
Sorenya bel rumahku berbunyi,
kebetulan aku hanya sendiri dirumah. Aku membuka pintu dan terkejut kalau dia
datang kerumahku untuk memberikan undangan pernikahannya. Hatiku bercampur
senang dan sedih karena dia kembali datang kerumahku, namun untuk memberikan
undangan itu padaku.
“selamat ya.” Kataku, mecoba untuk
tenang
“aku doakan agar kamu bisa
menyusulku untuk menikah.” Sahutnya, membelai bahuku untuk ketenangan. “sebenarnya
aku juga ingin lebih lama menjalin hubungan terlarang ini, tapi kita kan sudah
semakin dewasa dan harus menemukan jalan yang benar.”
Aku menghela nafas dan mengangguk,
mencoba untuk mengerti. “ya..kita harus merahasiakan hubungan dosa termanis
ini, dan melupakan semuanya yang sudah berlalu, aku yakin aku juga akan
menemukan cinta yang halal dikemudian hari.”
Kami berpelukan lagi, sebelum dia
berpamitan. Aku sedikit memberi nasehat padanya, - “ jadilah pasangan yang
setia terhadap calon Suamimu, jadilah istri yang baik ya, aku harap kamu cepat
memiliki seorang bayi yang lucu dan menjadi seorang ibu, doakan aku juga supaya
aku cepat mendapatkan seorang pria dan dilamar olehnya.”
Akhirnya, hubungan terlarang kami
berakhir dan kami menemukan jalan yang benar dalam percintaan yang akan abadi.
Ternyata inikah rasanya, selama
hampir tiga tahun kita melakukan dosa termanis sesama jenis, wanita dengan
wanita atau sering disebut Lesbian?.
Setelah itu, dihari pernikahan mantanku
dengan suaminya, aku didekati oleh seorang pria yang mengaku sebagai sepupu
dari mantan terlarangku. namanya Fery, dia mendekatiku sampai beberapa hari
kedepan, aku menilai Fery sangat sopan, baik dan lucu. Aku mulai menyukai dia, sampai
akhirnya Fery menyatakan cintanya padaku dan aku menerimanya.
Hampir setahun aku menjalin
hubungan baik dengan Fery, akhirnya dia melamarku dan kami menikah. Mantan terlarangku
sudah melahirkan seorang anak laki-laki. Sekarang aku dan dia hanya menganggap
sebagai saudara saja.
sampai akupun hamil dua bulan,
mengandung anak dari hasil hubunganku dengan Fery.
Kami hidup Bahagia.....
~ end