Kamis, 23 Oktober 2014

IT'S ME



"IT'S ME"
( laki-laki pendiam)




Aku AL-Fathur Ridwan. Biasa dipanggil Fathur. Aku lahir ditengah-tengah Keluarga yang sangat Besar. Aku tinggal dan besar di Jakarta bagian paling selatan, sangat bersebelahan dengan kota Depok, aku tinggal bersama keluarga nenek dari Ibuku sedangkan Ayahku adalah seorang pendatang dari luar kota. Ibuku adalah anak ke Lima dari Lima belas bersaudara. Itulah mengapa aku hidup berada di tengah-tengah keluarga yang sangat besar. Mungkin sebagian orang senang dengan keadaanku itu, memiliki banyak saudara, sepupu, paman, bibi, begitupun aku. Tetapi yang namanya kehidupan manusia, entah mereka adalah siapa, atau hidup dimana, pasti memiliki masalah yang membuat mereka bersedih. Bahkan frustasi.

Aku heran kenapa kehidupanku begitu penuh dengan tekanan perasaan. Walau aku laki-laki tapi aku mudah untuk bersedih. Entah hanya aku atau memang semua orang terutama kaum laki-laki merasakan ini atau tidak. Tetapi aku selalu merasa paling lemah, aku merasa aku bukan level yang pas untuk bermain dengan anak-anak lain yang seumuranku. Berawal saat dulu masih sekolah dasar. Dilingkungan rumahku hanya ada anak perempuan yang seumuranku, terpaksa aku selalu bermain dengan mereka. Aku sering bermain boneka dengan mereka bahkan kami bermain keluarga-keluargaan, aku selalu mendapat peran sebagai ayah pada saat itu karena memang hanya aku yang laki-laki. Sebenarnya ini juga bukan pilihan, aku adalah anak terakhir dari 4 bersaudara. Aku memiliki dua kakak perempuan dan satu kakak Laki-laki, namun kakak Laki-laki ku meninggal saat beliau kecil, aku belum lahir didunia ini, jadi aku belum pernah merasakan punya saudara laki-laki. Ibuku selalu bekerja, sedangkan ayahku bekerja di Arab selama beberapa tahun. Tiada yang membimbingku untuk main dengan siapa, disaat aku kecil dulu dengan polosnya memilih bermain dengan teman seadanya dilingkungan rumah. Bermain bersama gadis-gadis itu. Tak luput aku dengan berbagai ejekan dari orang-orang disekitar tentang aku yang senang bermain dengan perempuan. Aku dibilang memiliki sifat dan tingkah laku bakh perempuan, bahkan teman-teman perempuanku itu ikut berkata seperti itu. Jujur aku sedih tapi masih belum mengerti, dari situlah sifat gengsi dan minder muncul di diriku. Andai saja abangku belum meninggal , pasti sejak dulu aku diajarkan bermain bola, selalu dibuatkan pesawat dan mobil-mobilan. Andai saja disaat itu ayahku ada dirumah, pasti aku sering diajak berpetualang layaknya penjelajah dan astronot. Rasa gengsi itu terus berada di dalam jiwa raga. Aku menjadi sosok laki-laki yang pemalu. Sampai aku menginjak masa pubertas dimana aku sudah kelas 2 SMP. Aku terbilang laki-laki culun, aku selalu dibully oleh teman dikelas. Memang tidak semua, tapi beberapa yang menggangguku sangat menyayat hati. Andai saja aku adalah perempuan “fikirku” aku akan menangis dan mengaduh pada guru. Tetapi aku tau diri, aku harus menjaga harga diri sebagai laki-laki. Aku harus tahan banting. Aku tidak boleh mudah mengeluarkan air mata didepan publik. Tak hanya teman-teman SMP saja yang mengejeku berlaku bakh perempuan, bahkan beberapa saudara kandungku pernah bilang seperti itu. Aku malu.., aku hanya diam dan memberikan senyum palsu. Sebenarnya sifatku ini normal-normal saja, aku tidak merasa tingkahku gemulai, aku bisa tegas dalam bicara, aku juga sering terlibat dalam perkelahian, mereka semua beranggapan seperti itu hanya karena aku selalu bermain dengan perempuan. Hanya karena aku selalu pulang sekolah bersama teman-teman perempuan yang memang kebetulan searah.
            
Jujur saja. Aku selalu menangis bertanya-tanya pada Allah.swt dalam sholat. Mengapa Allah memberikanku takdir seperti ini. Mengapa aku sebagai laki-laki merasa begitu lemah dimata orang-orang. Sudah banyak orang yang menyinggung dengan keburukan yang aku alami, teman sekolah, tetangga, bahkan saudara kandung sendiri. Aku merasa tidak memiliki siapa-siapa. Aku ingin seperti teman-teman cowok disekolah dan lingkungan. Sedikit demi sedikit aku mencoba bergaul dengan mereka, tak jarang aku justru dijadikan bahan olok-olokan mereka dengan candaan yang pedih. Aku selalu menjadi orang yang paling pendiam diantara banyolan mereka, aku gengsi. Tidak mungkin aku terus-terusan berkumpul dengan perempuan, yang ada aku tambah dijadikan bahan hinaan mereka semua. Mulai dari situ aku senang menyendiri, lebih aman walau sangat membosankan. Sebenarnya aku type orang yang suka berkumpul, berbagi cerita, bercanda dan tertawa bersama. Namun sifat pemaluku ini sangat menggangu. Aku takut jika mereka kembali menyinggung atas apa yang aku rasakan sejak dulu. Dikala aku selalu menyendiri, mejauh dari teman-temanku diluar, aku merasa sangat sepi. Yang aku lakukan hanya mendengar musik, menonton tv, menggambar, dan menulis cerpen.

Aku iri dengan mereka, kenapa setiap mereka berkumpul tidak ada yang menyinggung atas aib mereka. kenapa mereka begitu enjoy, kembali aku berdoa pada Allah.swt,
“ ya Allah.., mengapa engkau memberiku sifat seperti ini ?, mengapa orang-orang yang aku kenal selalu senang menyinggung sifatku yang hina ini ?. aku bingung apakah ini ujianmu atau dosa yang aku tanggung…, kalau ini adalah dosa, dosa apa yang sudah aku lakukan ?.. ampunkanlah dosaku itu ya Allah.., apa hikmah dibalik ini semua ya Allah…, mengapa aku tidak seperti laki-laki lain yang cekatan, dan hyperactive…, mengapa aku selalu merasa lemah diantara mereka…, mengapa engkau memberikan aku hati yang begitu lemah yang ingin selalu menangis disaat aku dihina ?...., apa yang harus saya lakukan ya Allah ?….,

Aku selalu berfikir bagaimana aku dimasa depan nanti ?. bergaul dengan teman-teman cowok saja aku minder, beberapa kali aku menyukai seorang perempuan, namun sering aku pendam saja. Aku takut ini menjadi kebiasaan. Aku adalah laki-laki yang akan menjadi pemimpin keluarga nanti. Aku harus belajar untuk melindungi seorang wanita. Aku harus belajar untuk memiliki tanggung jawab besar terhadap seorang wanita.

~ “ ya Allah.., apa yang harus saya lakukan sebagai laki-laki yang lemah. Aku mohon petunjuk darimu, aku mohon bimbinganmu…, aku bukan laki-laki yang lemah gemulai ya Allah……, namun aku juga manusia biasa yang memiliki hati. Pasti merasa sedih dan marah bila ada orang lain yang menyinggung perasaan. Aku pasti menangis dikala sedih, namun aku lebih memilih menangis dalam keadaan sepi tanpa siapapun. Mungkin memang itu cara laki-laki meluapkan kesedihannya. Aku tidak malu menangis…, karena menangis itu melegakan. Selama aku menangis langsung pada Allah.swt, justru tambah menenangkan hati.

Ya Allah… berikan aku hikmah dibalik semua ini …, berikan aku jalan untuk bisa menunjukan kepada semua orang yang telah menghujatku. Kalau aku bisa lebih baik dari mereka…, kalau aku bukanlah orang yang mereka bilang selama ini. ……….. Aamiin yarobbal’alamiin ……………