Jumat, 02 Mei 2014

SIALNYA MUSIM HUJAN



"SIALNYA MUSIM HUJAN"


story by : Al fathurridwan


Tahun ini sudah memasuki bulan ke-5. Bulan Mei. Bulan ini adalah musim hujan, dimana payung itu lagi berguna banget, sepatu pada lepek, dan celana dalam belum juga kering di gantungan. Terpaksa kami tak mengganti celana dalam selama dua minggu. Sssssttttt, ini rahasia oke!!. Tak hanya itu, kendala kami bertiga selama musim penghujan, musuh-musuh dalam selimut mulai meraja lela dikos-kosan kami, toilet, dapur, kamar tidur, dimana-mana. Siapakah dia??. Yaa benar, NYAMUK.
Padahal tadi pagi udah ada penyemprotan nyamuk dari penyuluhan ketua RW, asap yang ngebul membuat Ali Bengek. Dia memang benci mencium bau-bau’an kaya gitu, kecuali bau gasnya sendiri.
“ya elaaah...itu kan slampe gua, ngapa lu beler disitu si?” Teguh merasa jengkel dengan apa yang dilakukan Ali. Terlihat pula Ali yang hidungnya merah transparan seperti buah blinjo. Terus berusaha mengeluarkan ‘Slime’ dari rongga hidungnya. “slampe gua masih basah noh di jemuran, ntar punya lu gua cuci..ya ellaaaah,”.
Malam ini sangat dingin, itu disebabkan karena hujan yang turun dari habis Dhuhur, sampai menjelang Maghrib. Pulang kuliah saja mereka nyeker karena sepatu mereka yang takut lepek, dan akhirnya lepek juga. Chand sibuk dengan raket listriknya, hanya dengan memakai kaus kutang dan sarung, ia terlihat seru berperang dengan ribuan nyamuk. Teguh asyik dengan laptop, dan Ali yang sudah menghabiskan lebih dari 50 tissue hanya untuk nge-Beler.
“rasakan kekuatan element listrik ku ini, RASAKAAAAN....!!!!!!”  Chand dengan berlebihan melampiaskan kekesalannya pada ribuan nyamuk yang menantang dengan raket listrik, Ali dan Teguh ikut memandang heran apa yang dilakukan sahabatnya barusan.
“maklum lah li, dia juga sakit kaya lu, tapi lebih parahh!!”  bisik Teguh pada Ali tertawa kecil. “khahahayy, gila tuh temen lu,”.
Malam ini benar-benar dingin. Chand, Ali, dan Teguh memilih tidur lebih awal dari biasanya yang terkadang mereka sampai bergadang. Udara sangat Dingin, nyamuk-nyamuk makin banyak mengajak RAS mereka. Teprokan demi teprokan keras makin banyak terasa di tubuh ke 3 sahabat itu. Ceceran darah nyamuk terkesan dramatis layaknya film peperangan zaman dulu. Musim hujan bulan ini membuat mereka sial, motor Teguh yang baru dicuci saja sudah kotor lagi. Atap-atap kamar kos, juga sudah timbul flak. Noda kebocoran langit-langit seperti menggambarkan lukisan pemandangan Green Canyon yang pasti mahal bila dijual.
“arrrggghh..!!!, nyamuk Gilaa, bikin tato kebangetan,” .
pagi ini cukup cerah dan lumayan hangat, namun ke 3 sahabat itu tidak merasa bahagia. Teguh dari tadi marah-marah terus, Cuma gara gara nyamuk. Dialah yang terkena gigitan nyamuk terbanyak dari yang lain, ia mengolesi tubuhnya dengan bedak gatal –baru beli di warung-.Bentol-bentol merah terlihat jelas di tangan kaki mereka. Gatal, dan membuatnya jengkel. pagi ini juga pagi yang lumayan buruk buat Ali, pilek dan Bengeknya sembuh. Tapi kepalanya agak pusing karena kebanyakan Beler tadi malam. Dia sakit Demam.
“pokoknya gua gak kuliah, BODO, gak kuliaah..!!”  keluh Ali saat memijati kepalanya dengan minyak kayu putih. Jelas saja, pilek sembuh, datang sakit kepala dan masuk angin.
“nyamuk emang kurang ajar. Mana semalem bocor lagi, aer netes di muka gua,” Chand juga mengeluh atas masalah yang menimpa dirinya. “hahh..Guh, bantuin gua ya. Benerin genteng bocor”
“loh kok gua,,ama Ali aja nooh,!!”  bantah Teguh.
“heeh, lu kagak liat si Ali lagi ngeluh aja tuh..!!”.
Ambil tangga, genteng bagus, dan botol minum. Semua sudah disiapkan Chand dan Teguh. Pertama Chand yang harus naik ke atas genteng kos-kosan, Teguh yang memegangi tangganya. Setelah itu Teguh menyusul naik dan tak ada bantuan untuk dia naik. Matahari mulai terbit, hari mulai silau.
“panas brooo..!!”  beberapa kali Teguh mengelap keringat yang keluar dari keningnya, “ahh biarin, vitamin C kan?”  sahut Chand. Mengutak-atik genteng kos-kosan yang beberapa kali tidak berhasil mereka pasang, memang. Chand tidak ahli dalam hal begituan.
“Chand, si Ali enak ya. Mentang-mentang sakit, di kasih diskon ama ibu kos”
“Au’tuuh..besok gua sakit ah,” hahaha ahhayy becanda..!!”
“sakit benerran luuh..”
Sedikit lagi selesai, Bakat juga Cand jadi servis genteng. Disini kotor, panas dan pengap. Chand mulai haus karena kerjaannya mendadak menjadi servis genteng, “ya ellah Guh. Minumnye ngapa lu abisin si, ya ellaah..!!” .
Teguh hanya nyengir mendengar keluhan Chand. “sorry bro. Gua Auus..!!” karena pekerjaan mereka sudah selesai, Chand dan Teguh turun tangga dan kembali mengambil minum. “ gua mau minum di warkop depan aje, sekalian makan, lu mau ikut Guh,” ajak Chand.
“bayarin,” . pinta Teguh, Chand hanya mengangguk senyum
“Utang-utang lu bayar dulu...!!!!”
Ali baru bangun sudah tidur lagi. Rencananya Teguh akan mengantarkan dia ke dokter nanti siang. Kayu putih, balsem, dan Koyo sudah ikut serta menempel di kepalanya. Kerokan merah hasil karya Chand tadi pagi juga sudah menghiasi punggungnya.
“siaaal..hari ini gua siaall,” . Ali ngedumel dalam hati.
Di lain pihak, Chand dan Teguh hanya terpaku di depan warkop nya’Lenni. Rencananya mereka akan makan nasi uduk dengan lauk-pauk 4 sehat 5 kenyang. Namun semua itu hanya menjadi bayangan perut lapar mereka saja. .Warkop Nya’Lenni TUTUP. –kenapa tutup? Tanya Teguh, biasanya abis subuh aja udah buka. Salah satu tetangga kos, lewat dibelakang mereka; “Warkop Nya’Lenni kebanjiran de’. Dari tadi malem”. Jadi nggak jualan hari ini. Dan mereka nggak makan enak. Lagi-lagi harus nyeduh mi instan. Memang, semua anak kos itu sudah mempunyai kuliner khas mereka. –Mie Instan-.
“gua Mie Goreng Chand, gua Mi Goreng.!!” . aroma rebusan Mie cukup menambah mereka semakin lapar, Ali hanya dibelikan bubur ayam oleh Teguh. Namun tak dihabiskan karena mulutnya terasa pahit.
“Li, kapan mau ke dokter? Kalo nunggu siang, panas!” . Teguh mengajak Ali ke dokter sekarang juga.
Dia takut kalau kesana nanti siang, panasnya-na’udzubillah. Namun Ali kekeh. Ia tetap ingin diantarkan siang nanti. Yasudahlah.
            Sudah saatnya Teguh mengantar Kriss ke Klinik, sedangkan Chand yang akan mencuci sepatu-sepatu mereka mumpung panas siang ini. Motor sudah dipanaskan dan siap untuk berangkat. Baju tebal, syal, dan topi kupluk lengkap Ali kenakan. “ya Allah Lii, lebay banget lu. Ke klinik depan aja pake begituan,”. bayangkan, keluar rumah disiang bolong, terik matahari yang panas, dengan memakai baju serba tebal. “kita mau ke Dokter, bukan ke Gunung!!”. Chand ikut tertawa kecil sembari menggosok sepatu-sepatu di teras. “biarin aja lah, biar panas gini kan badan gua tetep menggigil,” . sahut Ali dengan suara serak-serak becek ditenggorokan, mata berkantung, serta bibir yang terlihat pucat membuat Teguh tak tega melihat sahabat seperjuangannya itu.
-Klinik Putra Wijaya-.  Mungkin ini baru jam setengah satu, di parkiran baru ada beberapa motor dan dua mobil. Itu bagus, Teguh dan Ali nggak perlu lama-lama nunggu nomor antrian, begitu mereka masuk hanya menunggu dua orang lagi. “Guh, gua boleh pinjem pundak lu nggak?” – “ngapain..??”
“gua mau senderan,” . pusing bukan kepalang, ini yang dirasakan Ali akibat hujan tadi malam, mungkin dia mulai meriang. “icch, apa-apa’an si, jangan senderan di pundak gua, malu tauu..!!” . Teguh menahan kepala Ali yang hendak menyender di pundaknya. Nenek tua berkerudung yang duduk disampingnya memandang aneh melihat ulah-tingkah mereka berdua. “hehhee,,, maaf ma’,” . Teguh tersipu malu pada nenek tersebut akibat ulah yang dilakukan Ali.
Saatnya giliran Kriss yang menghadap ke dokter. Wangi ruangan khas Klinik tercium saat mereka membuka pintu ruang Dokter. Dinginnya AC disini membuat Ali makin menggigil. “ada yang bisa saya bantu pak ?” – “asiik, kita dipanggil bapak,” Bisik Teguh bercanda. Senyuman manis sang Dokter cantik, dengan pakaian Dokter yang membuatnya terlihat dermawan. stetoskop yang menggantung dilehernya dengan rambut panjang hitam yang digerai terlihat memang sangat Dermawan, layaknya seorang bintang iklan shampo yang kibasan rambutnya lebay karena ketahuan di Edit. “pasti sakit demam pilek ya? – memang sih, musim hujan itu bikin repot,” . terlihat Ali tetap diam dengan wajah pucatnya terkesan tak tertarik akan kedermawanan si Dokter –mungkin karena Ali sedang merasakan tubuhnya yang menggigil. Berbeda dengan Teguh yang suka curi-curi perhatian si Dokter. Resep obat beserta nasehat dokter sudah diberi pada Ali. “minum obat ini pagi-pagi dan sebelum tidur, jangan terkena gerimis dulu ya,” . kebiasaan si Dokter cantik selalu menggerakan kacamata berbingkai hitamnya, itu membuat Teguh makin gesit dalam mecuri perhatian. Bersalaman pamit dengan dokter. Bahkan sempat sempatnya meminta nomor telepon. “buat apa bapak minta nomor Hp saya?” – “yah, biar jaga-jaga kalo temen saya ini sakitnya parah, kan biar gampang buat ngehubungin bu Dokter” . Teguh alasan. “sembarangan lu kalo ngomong, nyumpahin gua sakit parah..?” Ali menempeleng kepala Teguh yang asyik memandang si Dokter. Namun nomor teleponnya gagal didapat.
Pada saat mereka hendak keluar dari Klinik, mereka terdiam di Lobby depan. Hujan deras turun lagi. Tadi bukannya panas, kok tiba-tiba hujan deras?. Mungkin saat mereka didalam, mendung mulai datang di langit. Ali tambah lemas melihat pemandangan mengerikan ini, kepalanya kembali menyender dipundak Teguh, dan kali ini Teguh menerima pasrah. Untung saja dari rumah gua pake baju tebel; fikir Ali. “tapi kapan gua sembuh kalo tiap hari ujan begini ?”. keluhnya.
Sekian lama menunggu setengah jam di warteg pinggir jalan. Hujan reda juga, namun terus memberi kesialan buat mereka. – motor Teguh MOGOK !!- . ini gara gara hujan tadi dan kaya’nya harus ganti Busi. Dengan terpaksa mereka jalan sampai rumah kos, untung saja jarak antara Klinik sampai kos-kosan kurang lebih hanya satu kilo meter. Yah capek sedikit nggak masalah-lah; fikir Teguh. Tapi tidak untuk Ali.
“salah apaa gua ya Allah?, apes banget gua hari ini.”
“ya ellah Li, lu kuat kok jalan ampe kos, tadi kan udah minum obat di warteg sama aer teh.”.
Sampai juga mereka di kos-kosan, motor mogok Teguh langsung dibawa ke Bengkel mang’Sapri untuk digantinya Busi serta Oli baru. Sedangkan dia sendiri menuntun Ali masuk kamar menemui Chand. “gimana Guh, kata dokter? Si Entok sakit ape nih?”. Tanya Chand sambil membersihkan kamar mereka. “tuh tanya aja orangnya? “ . –gimana bro, udah agak sembuh?? “.
Mungkin saking lelahnya Kriss, ia tepar di tempat tidur. “yee, ditanya malah pingsan.” – “biarin lah Chand, kasian anak orang”.
            Di sore hari beberapa jam setelah Ali pingsan, sudah tersedia bubur ayam dan Teh hangat di meja kamar, didampingi obat yang diberi Dokter tadi siang dan surat kecil yang sepertinya tulisan Chand; -Li, begitu lu bangun. Jangan lupa minum obat. Nih ada bubur ama Teh anget. Jangan lupa dimakan ya, biar lu cepet sembuh. Sory kita gak bisa nemenin lu. kita harus ke kampus, ada urusan ama Dosen. Tenang aja, lu kita titipin absen ke pak Heru, jaga kos ya..kita pulang gak terlalu malem kok.., Cuss-.
Terus terang Ali terharu hanya dengan membaca surat ini, serasa memiliki orang tua yang kedua di kos-kosan. Teguh dan Chand memang peduli sesama teman, walau terkadang mereka ngeselin. Fikirnya. “hmm..hmm, lu be-dua emang Sohib gua kawan, thanks!!”. Singkat saja, tepat sehabis kumandang adzan Isya’ hujuan deras lagi-lagi turun. Kriss Galau sendirian didalam kos. Terdiam menonton tv yang suaranya tersamar suara gemuruh hujan dan Geledek kecil di luar. Pakaian tebal dan sarung kembali ia pakai karena dingin yang menembus kulit. Berulang kali ia melihat jam dinding, mulai resah karena kedua sahabatnya tak kunjung pulang dari kampus.
“nih obat oke juga, baru dua kali gua minum, udah agak mendingan.”.
Sembuh kembali. Itu yang dirasakan Ali sesaat kembali minum obat dengan roti yang ia beli saat di warteg dekat Klinik tadi siang.; “tapi nih bocah bedua mana ya? Jam segini belom pulang juga. Di kampus Ujan juga kali,”. Sesaat kebetulan Ali melihat ke arah jendela, benar saja dari jarak kejauhan muncul sinar dari lampu motor milik Chand. Suara mesin motor juga semakin terdengar. Ya, itu mereka sudah pulang. Motor Chand lebih hebat ya, dibanding motor Teguh yang baru kena hujan sudah mogok. Fikir Kriss.
“Asalamu’allaikum..!!”. Teguh dengan cepat membuka pintu kamar kos dengan keadaan basah kuyub, sedangkan Chand masih sibuk memarkirkan motornya di tempat yang tak terguyur hujan, ia takut kalau motornya mogok seperti motor Teguh yang masih dirawat oleh Mang’Sapri di bengkelnya.
“sallaam..!! hey bro thanks buburnya, sekarang gua agak mendingan nih, lu bedua emang sahabat gua..!!” . Ali menyambut lebay kedatangan mereka, layaknya sang saudara yang lama tak bertemu. Namun sayangnya, Chand dan Teguh masuk angin. Mereka meriang hingga ke’esokan harinya.
Pagi ini, sudah saatnya mereka bekerja. Namun hanya Ali yang semangat dan bersiap-siap. Ia sudah sembuh total, sesaat meminum obat tadi pagi buta. Namun ia kerepotan dalam mengurus kedua sahabatnya yang meriang; sebelum mandi Kriss memijat Chand dan ‘ngerokin’ Teguh, membelikan mereka bubur. Dan berencana mengantar mereka ke Klinik nanti Sore.
Kayanya hari ini bakal jadi hari yang paling repot. Mengurus dua orang yang sakit seorang diri. –tak apalah, mereka kan Sohib gua- benaknya. Meski gua repot yang penting mereka Sohib gua. Fikirnya lagi. “ya, sohib gua,” .
Walau rasanya ini melelahkan, sepertinya Ali kurang niat dalam mengurus Chand dan Teguh. Mereka bawel kalau sakit..!!. tapi mau apa lagi, mereka udah ngurusin gua, waktu sakit. Kini giliran gua!.
Dengan terpaksa, Ali mengurus kedua sahabatnya yang sakit selama 3 hari gara-gara musim hujan yang membuat mereka sial. Dan kali ini Ali yang paling Stres dibuatnya.

-ENDING:

*Dengan baik hati si Ibu kos memberikan Diskon kepada Chand dan Teguh karena mereka sakit. J
*Warung Nya’Leni sudah buka. Namun mereka ber-tiga kehabisan uang bulanan karena harus berobat. Lagi lagi sarapan Mi Instan L
*Motor Teguh masih dirawat dibengkelnya Mang Sapri, belum sempat diambil karena Teguh sakit demam, motor Chand yang akhirnya kehabisan AKI. Kini giliran motor Ali sendiri yang menjadi korban untuk  mengantarkan mereka semua ke Klinik. ( akibat tumpuk 3, Ban-nya Bocor di tengah jalan ) L
*Dan sang Dokter cantik yang diharapkan Teguh akan berjumpa lagi, sudah diganti oleh pak Dokter tua yang memang sudah Jadwalnya, ditambah antrian yang begitu panjang karena tak sedikit warga terkena Demam akibat musim hujan ini. L

Pesan-kesan mereka:
“musim Hujan kali ini memang benar-benar banyak Sialnya” – Fikir mereka. Namun apapun kesialan yang mereka dapat, selama masih ada teman atau sahabat yang selalu bersama mendampingi. Rasa Sial, Musibah, maupun Masalah, pasti akan Seru dan Haru bila dijalani dan dinikmati bersama sama. Terutama bersama teman-teman yang kalian cintai. “Cuus..!!”


“THE END”

HARAPAN KELABU



"HARAPAN KELABU"


story by : Al fathurridwan

Ini adalah kisah yang saya rangkum dari mirisnya keluarga miskin di sudut kota Jakarta; Seorang kakak beradik bernama Hanum dan adiknya Ivan sudah lebih dari 3 tahun menjadi seorang pemulung. Mereka memungut sampah sampah jalan yang berserakan bahkan sesekali masuk dalam selokan besar yang ada disana, bau yang tak sedap serta tubuh yang terasa gatal sudah menjadi teman karib mereka.
“mba, hari ini kita makan apa?” sering kali bahkan setiap jam Ivan menanyakan kepada kakaknya; makan apa mereka hari ini?, atau tak makan sama sekali dalam sehari?. Sang kakak selalu menasihati adiknya yang putus sekolah sejak kelas 2 SD, ia sendiri putus sekolah sejak kelas 3 SD
“kita kerja dulu sampai dapat uang, biar kita bisa beli roti sama gorengan”. Roti dan gorengan adalah ke2 makanan mereka setiap istirahat sehabis memulung, itupun bila mereka sudah mendapat penghasilan dari hasil pulungan. Mungkin jika tidak, mereka terpaksa mengemis. Rumah perpaduan antara kardus, asbes, dan kayu sudah bertahun tahun menjadi istana mewah yang paling nyaman bagi mereka. Alat alat perabotan juga seadanya; 3 buah gelas dan piring pelastik, itupun hasil penemuan mereka di suatu tempat  pembuangan sampah.
            Kebanyakan pengemis adalah sebatang kara, begitu pun mereka yang sudah lama di tinggal mati orang tuanya saat Ivan masih sangat bayi.
Hanum dan sang Paman-lah yang mengurus Ivan hingga sebesar itu, pamannya yang juga seorang tukang barang bekas hanya berpenghasilan 7 ribu rupiah perharinya, itu hanya untuk membeli beras dan tak bisa membiayai kedua kepornakannya sekolah, sampai putuslah pendidikan mereka.
            “Ivan, Hanum..mas bawa buku pelajaran nih,” walaupun Hanum dan Ivan tak sekolah, mereka tetap mempunyai kesempatan untuk mendapat sedikit pengetahuan dari buku pelajaran yang didapat sang paman dari hasil penukaran barang bekasnya. Buku bekas yang kumuh dan kotor itu masih layak terpakai. Bahasa sastra Indonesia dan PPKN-lah yang mereka dapatkan, walaupun buku itu untuk kelas 6 SD tetapi mereka tetap memahami apa yang ada dalam pengetahuan tersebut. Sesekali Ivan dan Hanum kurang paham apa maksud dari yang mereka pelajari, sang paman memberitahu apa yang ia ketahui saja. Dan mereka langsung mengerti.
“besok, kalo ada buku bekas lagi..mas bawa’in buat kalian”

Sudah lama Hanum mengharapkan jikalau sang paman membawakanya buku pendidikan agama islam atau buku buku kecil tentang kumpulan doa  sehari-hari. Walaupun mereka adalah keluarga kecil yang miskin, namun kekayaan ibadah mereka cukup tinggi. Meski mereka terkadang hanya shalat 3 waktu saja karena kerja keras dan kotor menghalangi, doa doa mereka untuk orang tua tak luput di ucapkan sehabis setiap shalat. Shalat 3 waktu pun bukan berarti mereka malas, ini karena faktor tempat, waktu, dan kondisi kebersihan mereka yang tak mungkin dianggapnya sah dalam shalat. Bahkan Ivan sendiri mempunyai mimpi dapat bersekolah di sebuah pendidikan SDI (sekolah dasar Islam) yang sering ia lihat. Banyaknya para santri berseragam putih dan celana hijau bersorak sorai seperti-sekolah SD pada umumnya. Ivan hanya menatap sedih dibalik pagar, penuh harap agar ia bisa bergabung dengan mereka.

ABOUT ME


"PERKENALAN GABUT"




sebenarnya ane bingung sama tujuan ane kedepannya kaya gimana?. ane lihat-lihat dari diri ane sendiri, kadang ane juga pasang muka sok ganteng didepan cermin, apa sih kriteria ane?. akhirnya ane Flashback deh, mulai dari kecil ane suka ngapain. ane dari umur dua tahun suka sekali gambar pakai kapur tulis ditembok. hmmm ~ dan ane inget sekali gambar pertama yang ane buat adalah Unta Arab. sesuai kampung halaman alm.Kakek dari Abi.

Naah.., ane suka gambar nih. ane sempet bilang sama umi kalau ane mau jadi pelukis. tapi semakin tumbuh besar ane berubah pikiran, pas waktu itu ane nonton film tentang astronot, ane pengen banget jadi astronot. aah anak kecil memang labil, tapi keinginannya dari hati loh.

dan setelah itu.., ane pertama kalinya nonton spongebob yang judulnya "JELLY FISH JAM" kalau gak salah. yang ini loh...




endingnya asik banget. :D

dari situ ane mulai suka nonton-nonton film kartun, sampai akhirnya ane ingin jadi Animator, apalagi pas baru kenal sosok Ninja asal Jepang yang kaya gini.



jadi makin kekeh jadi animator, sampai pada waktu SD dan SMP ane dikenal orang yang paling jago gambar. Tsaaah..., *ngelus alis pake jempol.
dan ane masuk SMK GRAFIKA YL jurusan Multimedia. hehe keren kan, disana ane lebih tau tentang Animasi dan Film. jadi ane sudah tahu, apa yang menjadi kriteria ane untuk kedepannya, yaap! bidang seni media. ya kaya broadchaster, animator, musisi. pokoknya gitu deh.., :))

eh jangan lupa Follow ane di Twitter ya, mention aje entar diFollback kok. *ngalay :v