#CHILDHOOD
Jadi begini, bisa dibilang aku
sangat menyukai semua permainan tardisional. Disini aku hanya sekedar meluapkan
rasa rindu pada semua permainan itu. mungkin beberapa dari kalian juga pernah
mengalaminya ? – kurasa.
Waktu SD dulu aku maniak banget
ikut permainan tradisional, seperti main petak umpet, tap jongkok, colek sabun,
dan lain-lain. Bahkan permainan yang dibilang
khusus anak perempuan, aku gak kalah hebat. Hmmm ~
Semua permainan itu selalu ada yang
namanya proses “Gambreng”. Kita nyanyi-nyanyi ~ Hompimpah alaium Gambreng..,
entah apa artinya tapi itu wajib dilaksanakan sebelum mulai bermain. Ada juga
yang pakai cap cip cup, kaki kita semua yang ikut serta saling menyatu, membuat
satu lingkaran. Salah satu dari kita menghitung kaki kita semua sambil
bernyanyi. kalau lagunya berhenti disalah satu kakinya, biasanya dia yang jaga.
Tapi yang enak itu “anak bawang”.
Biasanya, bocah berusia paling mudalah yang dijadikan anak bawang. Entah kenapa
namanya anak bawang, yang kutahu anak bawang itu sibocah yang ikut main tetapi
tidak pernah jaga, seperti menjaga dalam permainan petak umpet, tidak pernah
menjaga tiang benteng dipermainan benteng, dan tidak pernah menjadi penghadang
dipermainan gobak sodor. Anak bawang itu ikut dalam kedua pihak yang menang,
tetapi anehnya jarang sekali dari kita yang mau dijadikan anak bawang bukan?,
hehehe..,
Aku masih inget, kata-kata dalam
permainan itu. seperti “ asiiin !!,” – kita harus teriak asin kalau berhasil
menyentuh tiang benteng lawan. Adalagi “ ACHIOON!!” dipermainan petak umpet,
entah apa artinya. tapi aku sering dengar, bahkan aku sendiri ikut berteriak
seperti itu kalau kita sudah menemukan tempat bersembunyi. Memberi tanda pada
sipenjaga agar berhenti menghitung dan mulai mencari teman-temannya yang
bersembunyi.
Ada juga “TAP” untuk kita
beristirahat sejenak, dan “Bubaran” untuk kita berhenti dalam permainan –
biasanya, bubaran karena ibu sudah marah-marah menyuruh kita mandi sore, dan
harus pergi ngaji.
Buatku sendiri yang paling berkesan
itu saat main Gundu, atau Kelereng, atau Kaleci, apalah namanya dari
masing-masing bahasa daerah. Yang penting bahasa inggrisnya Marbell. Ada yang
namanya “DUS” artinya kalau sentilan kelereng kita mengenai benda seperti
sandal, batu atau lainnya. Dulu aku rela tuh.., seharian gak jajan disekolah
demi membeli beberapa buah kelereng. Aku juga sempat dua kali berkelahi dengan
sahabatku hanya karena aku mengira dia mengambil tiga buah kelereng, padahal
kelereng yang hilang itu jatuh ke got.
Aku juga ingat waktu kakiku patah
gara-gara jatuh setelah mengejar layangan putus. kami habis mengadu layangan,
dan layangan kami menang. alhasil layangan lawan kami terhuyun-huyun melayang
turun, kami berlomba untuk mendapatkan layangan itu. aku tersungkur.
Selain layangan, masih ada
permainan yang aku rindu, seperti Yoyo, adu Gangsing, dan teprok Tajos –
“Tajos” itu seperti kepingan dari plastik sebagai hadiah dari Chiki seribuan.
Gambarnya tokoh anime Pokemon dan Avatar, cara mainnya kita saling meneprok
tajos yang kita pilih dengan lawan kita, kalau tajos kita terjatuh dalam
keadaan gambar menghadap keatas, kita menang, dan tajos yang lawan kita pakai
itu jadi milik kita. Begitu sebaliknya.
Masih adalagi. permainan taplak
gunung, congklak, lompat karet, dan bola bekel. Ngomong-ngomong soal bola bekel,
aku tahu ada yang namanya level - pit satu, pit dua, dst. Satu pit itu kalau
kita bisa berhasil menaklukan keenam biji bekel tersebut. Begitu juga dengan
lompat karet, beberapa karet gelang yang disambungkan sampai panjang. Dua
penjaga menjadi tumpuan karet, sedangkan tim yang menang harus bergantian melompat.
Dari level rendah – seukuran mata kaki, lutut, sampai diatas kepala. Kalau gak
salah ada juga yang namanya “yeye” dilevel ukuran pinggang, jadi kita gak
melompat di level yeye itu. kita melingkari kaki kita diuntaian tali karet
sampai beberapa kali, dengan syarat tidak boleh kelihatan gigi.
Kangennya dengan semua itu. satu
hal yang menjadi pertanyaan , dimana aku bisa melihat anak-anak bermain seperti
itu lagi sekarang?, seperti kita dulu. Mungkin didaerah desa-desa masih ada,
tapi sangat jarang diperkotaan. Bukannya menyalahkan kemajuan teknologi ya, aku
hanya rindu. ~ salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar