Sabtu, 07 Februari 2015

jamanku CHILDHOOD









#CHILDHOOD

Jadi begini, bisa dibilang aku sangat menyukai semua permainan tardisional. Disini aku hanya sekedar meluapkan rasa rindu pada semua permainan itu. mungkin beberapa dari kalian juga pernah mengalaminya ? – kurasa.
Waktu SD dulu aku maniak banget ikut permainan tradisional, seperti main petak umpet, tap jongkok, colek sabun, dan lain-lain. Bahkan permainan yang dibilang  khusus anak perempuan, aku gak kalah hebat. Hmmm ~
Semua permainan itu selalu ada yang namanya proses “Gambreng”. Kita nyanyi-nyanyi ~ Hompimpah alaium Gambreng.., entah apa artinya tapi itu wajib dilaksanakan sebelum mulai bermain. Ada juga yang pakai cap cip cup, kaki kita semua yang ikut serta saling menyatu, membuat satu lingkaran. Salah satu dari kita menghitung kaki kita semua sambil bernyanyi. kalau lagunya berhenti disalah satu kakinya, biasanya dia yang jaga.

Tapi yang enak itu “anak bawang”. Biasanya, bocah berusia paling mudalah yang dijadikan anak bawang. Entah kenapa namanya anak bawang, yang kutahu anak bawang itu sibocah yang ikut main tetapi tidak pernah jaga, seperti menjaga dalam permainan petak umpet, tidak pernah menjaga tiang benteng dipermainan benteng, dan tidak pernah menjadi penghadang dipermainan gobak sodor. Anak bawang itu ikut dalam kedua pihak yang menang, tetapi anehnya jarang sekali dari kita yang mau dijadikan anak bawang bukan?, hehehe..,
Aku masih inget, kata-kata dalam permainan itu. seperti “ asiiin !!,” – kita harus teriak asin kalau berhasil menyentuh tiang benteng lawan. Adalagi “ ACHIOON!!” dipermainan petak umpet, entah apa artinya. tapi aku sering dengar, bahkan aku sendiri ikut berteriak seperti itu kalau kita sudah menemukan tempat bersembunyi. Memberi tanda pada sipenjaga agar berhenti menghitung dan mulai mencari teman-temannya yang bersembunyi.
Ada juga “TAP” untuk kita beristirahat sejenak, dan “Bubaran” untuk kita berhenti dalam permainan – biasanya, bubaran karena ibu sudah marah-marah menyuruh kita mandi sore, dan harus pergi ngaji.
Buatku sendiri yang paling berkesan itu saat main Gundu, atau Kelereng, atau Kaleci, apalah namanya dari masing-masing bahasa daerah. Yang penting bahasa inggrisnya Marbell. Ada yang namanya “DUS” artinya kalau sentilan kelereng kita mengenai benda seperti sandal, batu atau lainnya. Dulu aku rela tuh.., seharian gak jajan disekolah demi membeli beberapa buah kelereng. Aku juga sempat dua kali berkelahi dengan sahabatku hanya karena aku mengira dia mengambil tiga buah kelereng, padahal kelereng yang hilang itu jatuh ke got.
Aku juga ingat waktu kakiku patah gara-gara jatuh setelah mengejar layangan putus. kami habis mengadu layangan, dan layangan kami menang. alhasil layangan lawan kami terhuyun-huyun melayang turun, kami berlomba untuk mendapatkan layangan itu. aku tersungkur.

Selain layangan, masih ada permainan yang aku rindu, seperti Yoyo, adu Gangsing, dan teprok Tajos – “Tajos” itu seperti kepingan dari plastik sebagai hadiah dari Chiki seribuan. Gambarnya tokoh anime Pokemon dan Avatar, cara mainnya kita saling meneprok tajos yang kita pilih dengan lawan kita, kalau tajos kita terjatuh dalam keadaan gambar menghadap keatas, kita menang, dan tajos yang lawan kita pakai itu jadi milik kita. Begitu sebaliknya.

Masih adalagi. permainan taplak gunung, congklak, lompat karet, dan bola bekel. Ngomong-ngomong soal bola bekel, aku tahu ada yang namanya level - pit satu, pit dua, dst. Satu pit itu kalau kita bisa berhasil menaklukan keenam biji bekel tersebut. Begitu juga dengan lompat karet, beberapa karet gelang yang disambungkan sampai panjang. Dua penjaga menjadi tumpuan karet, sedangkan tim yang menang harus bergantian melompat. Dari level rendah – seukuran mata kaki, lutut, sampai diatas kepala. Kalau gak salah ada juga yang namanya “yeye” dilevel ukuran pinggang, jadi kita gak melompat di level yeye itu. kita melingkari kaki kita diuntaian tali karet sampai beberapa kali, dengan syarat tidak boleh kelihatan gigi.

Kangennya dengan semua itu. satu hal yang menjadi pertanyaan , dimana aku bisa melihat anak-anak bermain seperti itu lagi sekarang?, seperti kita dulu. Mungkin didaerah desa-desa masih ada, tapi sangat jarang diperkotaan. Bukannya menyalahkan kemajuan teknologi ya, aku hanya rindu. ~ salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar